Istilah scramble berasal dari
bahasa inggris yang diterjemahkan dalam bahasa indonesia berarti perebutan,
pertarungan, perjuangan. Metode scramble adalah pembelajaran secara berkelompok
dengan mencocokkkan kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang telah disediakan
sesuai dengan soal. Sedangkan Soeparno berpendapat bahwa metode scramble adalah
salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu
aktivitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan.
Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan lembar soal
dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa
diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada. Scramble
dipakai untuk jenis permainan anak-anak yang merupakan latihan pengembangan
dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata. Sesuai dengan sifat jawabannya scramble
terdiri atas bermacam-macam bentuk yakni :
a.Scramble
kata, yakni sebuah permainan menyusun kata-kata dan huruf-huruf yang telah
dikacaukan letaknya sehingga membentuk suatu kata tertentu yang bermakna
misalnya :
alpjera = pelajar
ktarsurt = struktur
b.Scramble kalimat : yakni sebuah permainan menyusun kalimat dari kata-kata acak.
Bentuk kalimat hendaknya logis, bermakna, tepat, dan benar. Contohnya :
komme – Ich – aus – Bandung = Ich komme aus Bandung
c.Scramble wacana : yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan
kalimat-kalimat acak. Hasil susunan wacana hendaknya logis, bermakna.
Melalui pembelajaran kooperatif metode scramble, siswa
dapat dilatih berkreasi menyusun kata, kalimat, atau wacana yang acak
susunannya dengan susunan yang bermakna dan mungkin lebih baik dari susunan
aslinya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode scramble merupakan
metode yang berbentuk permainan acak kata, kalimat, atau paragraf. Pembelajaran
kooperatif metode scramble adalah sebuah metode yang menggunakan
penekanan latihan soal berupa permainan yang dikerjakan secara berkelompok.
Dalam metode pembelajaran ini perlu adanya kerja sama antar anggota kelompok
untuk saling membantu teman sekelompok dapat berpikir kritis sehingga dapat
lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal. Metode permainan ini diharapkan
dapat memacu minat siswa dalam pelajaran membaca pemahaman bahasa Jerman.
2. Prosedur (langkah-langkah) Pembelajaran
dengan Metode Scramble
Pembelajaran kooperatif metode scramble, memiliki kesamaan dengan
model pembelajaran kooperatif lainnya, yaitu siswa dikelompokkan secara acak
berdasarkan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, atau jika memungkinkan,
anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda-beda. model
pembelajaran kooperatif tipe scramble dapat dilakukan seorang guru
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.Guru
menyiapkan sebuah wacana, kemudian keluarkan kalimat-kalimat yang terdapat
dalam wacana tersebut ke dalam kartu-kartu kalimat
b.Guru
membuat kartu soal beserta kartu jawaban yang di acak nomornya sesuai materi
bahan ajar teks yang telah dibagikan sebelumnya dan membagikan kartu soal
tersebut
c.Siswa
dalam kelompok masing-masing mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk
jawaban yang cocok, sebelumnya jawaban telah di acak sedemikian rupa.
d.Siswa
diharuskan dapat menyusun kata jawaban yang telah tersedia dalam waktu yang
telah ditentukan. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil pekerjaan siswa
dikumpulkan dan dilakukan pemeriksaan.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran metode scramble ini adalah model pembelajaran kelompok yang
membutuhkan kreativitas serta kerja sama siswa dalam kelompok. Metode ini
memberikan sedikit sentuhan permainan acak kata, dengan harapan dapat menarik
perhatian siswa.
3. Manfaat Penggunaan Metode Scramble
Bagi Peserta Didik :
a.Peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam mengingat istilah yang sulit akan
terkurangi bebannya.
b.Peserta
didik lebih termotivasi untuk belajar.
c.Meningkatkan
kemampuan bekerja sama dan bersosialisasi.
Bagi guru :
a.Mendapat
Pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran.
b.Sebagai
motivasi meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi pembelajaran yang
bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan
layanan yang terbaik bagi peserta didik.
c.Guru
dapat semakin menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan tapi tetap
serius.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Scramble
a.Kelebihan
1)Setiap
anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya, setiap anggota kelompok harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama, setiap anggota kelompok harus membagi
tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, setiap
anggota kelompok akan dikenai evaluasi, setiap anggota kelompok berbagi
kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya, dan setiap anggota kelompok akan diminta mempertanggungjawabkan
secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif, sehingga
dalam teknik ini, setiap siswa tidak ada yang diam karena setiap individu di
kelompok diberi tanggung jawab akan keberhasilan kelompoknya.
2)Metode
pembelajaran ini akan memungkinkan siswa untuk belajar sambil bermain. Mereka
dapat berekreasi sekaligus belajar dan berpikir, mempelajari sesuatu secara
santai dan tidak membuatnya stres atau tertekan.
3)Selain
untuk menimbulkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu, metode scramble
juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam kelompok.
4)Materi
yang diberikan melalui salah satu metode permainan ini biasanya mengesankan dan
sulit untuk dilupakan.
5)Sifat
kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa berlomba-lomba untuk maju.
b.Kekurangan
1)Pembelajaran
ini terkadang sulit dalam merencanakannya, oleh karena terbentur dengan
kebiasaan siswa dalam belajar.
2)Terkadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
3)Selama
kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka pembelajaran ini akan sulit di implementasikann oleh guru.
4)Metode
permainan seperti ini biasanya menimbulkan suara gaduh. Hal tersebut jelas akan
mengganggu kelas yang berdekatan.
Penerapan Metode Pembelajaran
Scrambel pada Mata Pelajaran IPS
Ilmu pengetahuan sosial adalah mata pelajaran
yangmengkaji kehidupan sosial yang bahannya didasarkan pada kajian sejarah,
geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan tata negara. IPS yang diajarkan
di SD terdiri atas dua kajian pokok pengetahuan sosial dan sejarah. Di bawah
ini akan dicontohkan penerapan penggunaan metode scramble pada mata pelajaran
ips.
Media :
Membuat pertanyaan
yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Membuat jawaban yang
diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan
materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar
kerja sesuai contoh.
Contoh : Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci
(jawaban) dari pertanyaan pada kolom A!
Kolom A
Sebelum mengenal uang orang melakukan
pertukaran dengan cara …
… digunakan sebagai alat pembayaran
yang sah
Uang … saat ini banyak dipalsukan
Nilai bahan pembuatan uang disebut
nilai …
Kemampuan uang untuk ditukar dengan
sejumlah barang atau jasa disebut nilai …
Nilai perbandingan uang dalam negeri
dengan mata uang asing disebut …
Nilai yang tertulis pada uang disebut
nilai …
Dorongan seseorang menyimpan uang
untuk keperluan jual beli disebut …
Perintah tertulis dari seseorang yang
mempunyai rekening di bank untuk membayar sejumlah uang
disebut …
Kolom B
1.TARREB
……………………………. ( Contoh : jawaban yang benar……BARTER )
2.GANU
…………………………………
3.TRASEK
………………………………
4.KISTRINI
…………………………
5.LIRI
………………………………………
6.SRUK
…………………………………
7.MINALON
………………………….
8.SAKSITRAN
…………………………
9.KEC
……………………………………
Kesimpulan
Scramble adalah sebuah
permainan yang dapat dilakukan oleh 2-4 orang dalam permainan tersebut para
pemainnya harus menyusun kembali kata-kata dari potongan kalimat-kalimat yang
susunannya telah diacak terlebih dahulu. Secara umum digunakan untuk melatih
siswa dalam menguatkan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran melalui bantuan lembar kerja yang berisi kata-kata
yang diacak hurufnya.
Saran
Beberapa saran yang bisa disampaikan dalam tulisan
ini antara lain :
Dalam upaya meningkatkan kualitas
proses pembelajaran pada mata pelajaran IPS, guru SD menerapkan
model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif dan
menyenangkan.
Metode Scramble masih banyak
kekurangannya untuk itu para guru Sd harus bisa membuat lebih bervariasi
dan inovatif untuk mendorong motivasi siswa dan kemampuannya yang
berbeda-beda.
Dalam Mata Pelajaran Ips guru
hendaknya berkreasi dalam memanfaatnya media pembelajaran yang menunjang
efektifitas kegiatan pembelajaran IPS.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham Nurcahyo dan Yudi Hartono. 2010. Konsep Dasar dan Pengembangan IPS SD.
Magetan : LE-swastika Press.
Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
PT Rineka Cipta
Ischak SU. 2001. Pendidikan
IPS di SD. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Lesson
Study (LS) pada awalnya dimulai dengan pengkajian materi
kurikulum (kyouzai kenkyuu) yang berfokus pada pengajaran matematika
bagi guru-guru di Jepang. Kajian tersebut mendasarkan diri pada kurikulum
matematika di U.S yang dirancang berbasis temuan-temuan penelitian unggul.
Kajian tersebut melahirkan suatu perubahan paradigma tentang materi kurikulum
dari ”memanjakan” menuju pada ”pemberdayaan” potensi siswa. Paradigma
”memanjakan” mengalami anomali, karena materi kurikulum sering tidak
memperhatikan karakteristik siswa, sehingga substansi materi sering lepas
konteks dan tidak relevan dengan kebutuhan siswa. Akibatnya, siswa kurang
tertarik, pembelajaran menjadi tidak bermakna, dan siswa sering menyembunyikan
ketidakmampuan.
Hal
ini terjadi sebagai akibat koreksi dan perhatian guru yang lemah terhadap
potensi mereka. Sementara, paradigma ”pemberdayaan” bertolak dari potensi siswa
yang mampu ”mengada”, sehingga materi kurikulum seyogyanya dikembangkan
berbasis kebutuhan siswa, materi seyogyanya menyediakan model pedagogik yang
mampu menampilkan aspek kemenarikan pembelajaran. Paradigma tersebut dapat
berkembang jika pembelajaran dihasilkan dari kerja tim mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, diskusi, kolaborasi, dan refleksi secara berkesinambungan. Cara
seperti ini melahirkan konsep Lesson Study (LS).
Lesson
Study merupakan terjemahan dari bahasa Jepang jugyou (instruction =
pengajaran, atau lesson = pembelajaran) dan kenkyuu (research =
penelitian atau study = kajian). Lesson study, yang dalam bahasa
Jepangnya jugyou kenkyuu, adalah sebuah pendekatan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan-perbaikan pembelajaran
tersebut dilakukan melalui proses-proses kolaborasi antar para guru. Lewis
(2002) mendeskripsikan proses-proses tersebut sebagai langkah-langkah
kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan (plan), mengamati
(observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran
(lessons). Lebih lanjut, dia menyatakan, bahwa Lesson study adalah
suatu proses yang kompleks, didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif,
percermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa, dan kesepakatan yang
memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit.
Lesson
Study ( LS ) pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang
memiliki implikasi praktis dalam pendidikan. LS dapat berfungsi sebagai salah satu upaya
pelaksanaan program in-service training bagi para guru. Lesson study bukan metode
pembelajaran atau strategi pembelajaran, melainkan dalam lesson study dapat
dipilih dan diterapkan berbagai metode/strategi pembelajaran atau materi
pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, atau masalah pembelajaran
yang dihadapi siswa dan pendidik
Upaya tersebut
dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan. Pelaksanaanya adalah di dalam
kelas dengan tujuan memahami siswa secara lebih baik. LS dilaksanakan secara
bersama-sama dengan guru lain. LS merupakan salah satu strategi pengembangan
profesi guru. Kelompok guru mengembangkan pembelajaran secara bersama-sama,
salah seorang guru ditugasi melaksanakan pembelajaran, guru lainnya mengamati belajar
siswa. Proses ini dilaksanakan selama pembelajaran berlangsung. Pada akhir
kegiatan, guru-guru berkumpul dan melakukan tanya jawab tentang pembelajaran
yang dilakukan, merevisi dan menyusun pembelajaran berikutnya berdasarkan hasil
diskusi.
B.Tujuan Diterapkannya Metode Lesson
Study
1.Lesson Study memungkinkan
Guru Memikirkan Dengan Cermat Mengenai Tujuan Pembelajaran, Materi Pokok, dan
Bidang Studi.
Lesson Study tidak
hanya memperhatikan pembelajaran untuk satu kali pertemuan atau satu pokok
bahasan saja, melainkan bagaimana membelajarkan satu unit materi pokok dan bahkan
bidang studi, dan juga memperhatikan perkembangan siswa dalam jangka panjang.
Karena itu, ketika memilih bidang kajian akademis dan topik LS, guru sering menargetkan
dalam mengatasi kelemahan siswa dalam belajar, memilih topic yang bagi guru
sulit mengajarkannya, memilih subjek terkini, misalnya aspek kebaharuan segi
isi, teknologi, dan pendekatan pembelajaran, memusatkan perhatian pada hal terpenting yang
mendasar yang berpengaruh terhadap pembelajaran lainnya (misalnya bahasa dan
matematika).
2.Lesson Study
Memungkinkan Guru Mengkaji dan Mengembangkan Pembelajaran yang Terbaik yang
Dapat Dikembangkan
Melalui LS, guru dapat
mengkaji dan mengemangkan pembelajaran yang terbaik, misalnya guru mampu
menghasilkan produk buku. Buku-buku tersebut memuat tujuan jangka panjang yang
ingin dicapai, filosofi pembelajaran yang dianut, rancangan pembelajaran dan
rancangan seluruh unit, contoh hasil kerja siswa, hasil refleksi mengenai
kekuatan dan kesulitan dalam pembelajaran, serta petunjuk praktis bagi guru lain
yang ingin mencoba pembelajaran tersebut. Dalam hal ini, guru yang lain tidak hanya
diharapkan mencoba membelajarkan, tetapi yang lebih penting mereka sedapat mungkin
menambah, menguji, dan melaporkan perbaikan yang mereka lakukan. Proses tersebut
akan bermuara pada peningkatan kualitas pembelajaran.
3.Lesson Study
memungkinkan Guru Memperdalam Pengetahuan Mengenai Materi Pokok Yang Diajarkan
Lesson
Study juga memperdalam pengetahuan guru mengenai materi pokok yang diajarkan. Dengan
melaksanakan LS, guru dapat mengidentifikasi dan mengorganisasi informasi apa
yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah pembelajaran yang menjadi fokus
kajian dalam LS. Melalui LS guru secara bersama-sama berkesempatan untuk memikirkan
pengetahuan yang dianggap penting, apa saja yang belum mereka ketahui mengenai
hal itu, dan berusaha mencari informasi yang mereka perlukan untuk membelajarkan
siswa.
4.Lesson Study
Memungkinkan Guru Memikirkan Secara Mendalam Tujuan Jangka Panjang Yang Akan
Dicapai Yang Berkaitan dengan Siswa
Lesson
Study dapat memberi kesempatan kepada guru untuk mempertimbangkan kualitas ideal
yang ingin dikuasai oleh siswa pada saat mereka lulus, kualitas apa yang
dimiliki siswa saat sekarang, dan bagaimana mengatasi kesenjangan yang ada di
antaranya. Guru sering menerjemahkan kualitas ideal yang diharapkan dimiliki
oleh para siswa itu adalah dalam bentuk kecakapan hidup. Kecakapan-kecakapan
hidup yang dimaksud, misalnya sikap menghargai persahabatan, mengembangkan
perspektif, dan cara berpikir dalam menikmati sains.
5.Lesson Study
Memungkinkan Guru Merancang Pembelajaran Secara Kolaboratif
LS memberi kesempatan
kepada guru secara kolaboratif merancang pembelajaran. Menurut Lewis (2002),
rata-rata guru di Jepang mengamati sekitar 10 pembelajaran yang diteliti setiap
tahun. Guru di Jepang mempersepsi bahwa aktivitas kolaboratif sangat
menguntungkan. Aktivitas kolaboratif dapat memberikan kesempatan kepada guru
untuk memikirkan pembelajarannya sendiri setelah mempertimbangkannya dengan
pengalaman yang dilakukan oleh guru yang lain. Melalui LS guru dapat saling membelajarkan
melalui aktivitas-aktivitas shared knowledge.
6.Lesson Study Memungkinkan Guru Mengkaji Secara
Cermat Cara dan Proses Belajar Serta Tingkah Laku Siswa
LS
memberi kesempatan kepada guru untuk mengkaji secara cermat cara dan proses
belajar serta aktivitas siswa. Fokus LS hendaknya diarahkan pada peningkatan pembelajaran
melalui pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa. Pengamatan tersebut bertujuan
untuk menemukan cara-cara untuk meningkatkan kegiatan belajar dan kegiatan
berpikir siswa, bukan pada kegiatan guru. Oleh sebab itu, aktivitas Lesson Study
sesungguhnya bukan menyalahkan guru atau mengkritik kesalahan guru. Di dalam
LS, guru perlu mencari bukti bahwa siswa memang belajar, termotivasi, dan
berkembang. Berdasarkan data yang dikumpulkan, guru dapat melihat
pembelajarannya melalui tanggapan siswa. Untuk memperoleh respon siswa
tersebut, pertanyaan yang dapat diajukan, adalah: bagaimana pemahaman siswa
mengenai materi pembelajarannya? Apakah siswa tertarik untuk belajar? Apakah
mereka memperhatikan ide siswa lainnya? Secara singkat, ada 5 hal penting
terkait dengan data siswa yang perlu dikumpulkan, yaitu hasil belajar akademis,
motivasi dan persepsi, tingkah laku sosial, sikap terhadap belajar, dan
interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran.
7.Lesson Study Memungkinkan Guru Mengembangkan
Pengetahuan Pedagogis Yang Kuat Penuh Daya
Lesson
Study dapat memberi peluang kepada guru untuk mengembangkan pengetahuan pedagogis
secara optimal. Hal ini disebabkan karena melalui LS guru secara terus menerus
berupaya untuk mengembangkan dan meningkatkan strategi pembelajaran yang dapat
diterapkan untuk menerjemahkan kurikulum. Guru dapat secara terus menerus memikirkan
bagaimana kualitas pertanyaan yang mampu dipecahkan oleh siswa dalam pembelajaran.
Pertanyaan tersebut diharapkan dapat memotivasi siswa untuk mempertahankan
minat belajarnya secara konsisten. Guru juga memikirkan bagaimana menggunakan
debat agar mampu memaksimalkan partisipasi siswa dalam diskusi dan bagaimana
mendorong siswa untuk dapat membuat catatan yang baik dan melakukan refleksi
diri.
LS Memungkinkan Guru Melihat Hasil Pembelajaran Sendiri
Melalui Respon Siswa dan Tanggapan Para Kolega LS memberi
kesempatan kepada guru melihat hasil pembelajarannya sendiri melalui respon
siswa dan tangapan para kolega. Data yang diberikan oleh kolega menjadi
“cermin” bagi guru yang melaksanakan LS. Kolega dapat membantu guru mencatat
kegiatan diskusi dalam kelompok kecil, menghitung jumlah siswa yang angkat tangan,
atau mencatat pertanyaan dan jawaban guru. Guru pelaksana LS dapat pula memita
kepada kolega untuk mencatat interaksi siswa, misalnya difokuskan pada interaksi
3 orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, dan menilai
karya mereka. Dengan cara ini, guru dapat melihat bagaimana siswa mengalami
pembelajaran yang efektif.
C.Manfaat Metode Lesson Study
Lesson study memberikan
banyak hal yang menurut para peneliti dianggap efektif dalam mengubah praktik
mengajar guru seperti :
a.Penggunaan materi pembelajaran yang
konkrit untuk memfokuskan pada permasalahan agar lebih bermakna, mengambil
konteks pembelajaran dan pengalaman guru yang eksplisit,
b.Memberikan dukungan pada guru dalam
hubungan sejawat. Dengan kata lain, lesson study memberikan banyak
kesempatan kepada para guru untuk membuat bermakna ide-ide pendidikan dalam
praktik mengajar mereka, untuk mengubah perspektif mereka tentang pembelajaran,
dan untuk belajar mengamati praktik mengajar mereka dari perspektif siswa.
c.Dalam lesson study, kita melihat
apa yang terjadi dalam pembelajaran lebih objektif dan itu membantu kita
memahami ide-ide penting tanpa harus lebih memperhatikan isu-isu lain dalam
kelas kita” (Murata & Takahashi, 2002). Menurut Lewis (Akihito Takashi,
2006), lesson study mempromosikan dan mengelola kerja kolaboratif antar
guru dengan memberi dukungan dan intervensi sistematik. Selama lesson study,
para guru berkolaborasi untuk :
1.merumuskan tujuan-tujuan jangka panjang
untuk pengembangan dan belajar siswa
2.merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran yang berdasar pada penelitiandan observasi untuk mengaplikasikan
tujuan-tujuan jangka panjang ke dalam praktek-praktek kelas untuk isi-isi
akademik khusus
3.mengobservasi secara hati-hati tingkat
belajar siswa, keterlibatan mereka, dan perilaku mereka selama pembelajaran
4.melaksanakan diskusi setelah
pembelajaran bersama kelompok kolaboratif mereka untuk mendiskusikan dan
merevisi pembelajaran yang sesuai.
d.Melalui Lesson Study guru dapat
mendokumentasikan kemajuan kerjanya,
e.Melalui Lesson Study guru dapat
memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan
f.Guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan
hasil akhir dari Lesson Study
D.Implementasi lesson
study dalam pembelajaran
Oleh karena Lesson Study
dapat meningkatkan profesionalisme guru, maka pelaksanaan LS secara
berkesinambungan diyakini dapat meningkatkan praktik-praktik pembelajaran sehari-hari.
Peningkatan praktik-praktik pembelajaran akan bermuara pada peningkatan kualitas
proses dan produk belajar siswa.
Secara umum terdapat
tiga langkah kegiatan lesson study, yaitu (1) tahapperencanaan, (2)
tahap pelaksanaan (Plan), dan (3) tahap refleksi (See).
Berikut diuraikan langkah-langkah Metode
Pembelajaran Lesson study.
1.
Tahap Perencanaan
Langkah pertama untuk
memulai lesson study adalah pembentukan kelompok atau tim lesson study.
Kelompok ini dapat dibentuk di tingkat sekolah, di tingkat wilayah, atau
tingkat yang lebih luas sesuai dengan keperluan dan kemungkinanketerlaksanaannya.
Heterogenitas anggota kelompok perlu dipertimbangkan dalam pembentukan kelompok
lesson study.
Keaggotaan yang beragam
dari segi usia, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar akan lebih
memperkaya tim dan memungkinkan anggota kelompok saling memperoleh keuntungan
karena terjadinya proses saling belajar antaranggota kelompok. Anggota kelompok
lesson study tersebut di antaranya 5 – 6 guru, kepala sekolah, dan pakar
perguruan tinggi. Pembentukan kelompok lesson study dapat juga
diprakarsai oleh kepala sekolah, dinas pendidikan, atau pakar dari perguruan
tinggi yang memandang perlunya peningkatan kualitas pembelajaran melalui lesson
study.
Pembentukan kelompok lesson
study dapat diprakarsai oleh salah seorang guru yang mempunyai masalah terkait
pembelajaran yang telah dilakukan. Pembentukan kelompok lesson study dimaksudkan
sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran tersebut. Masalahmasalah tersebut
perlu diidentifikasi dengan jelas untuk memudahkan pemecahannya. Masalah-masalah
tersebut di antaranya terkait dengan aktivitas siswa, hasil belajar siswa,
respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan sebagainya. Masalah-masalah yang
terdaftar tersebut kemudian diseleksi dan diurutkan berdasarkan skala prioritas
dalam mengatasinya, kemudian secara bersama-sama dicarikan solusi untuk
mengatasi masalah tersebut.
Seorang guru yang
mempunyai metode, strategi, atau media pembelajaran baru yang dimungkinkan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dapat juga memprakarsai terbentuknya
kelompok lesson study. Pembentukan kelompok dimaksudkan untuk mendukung
implementasi ide guru tersebut, menyempurnakannya, selain dimaksudkan untuk
menyebarluaskan. Setelah kelompok terbentuk, selanjutnya perlu dipersiapkan
perangkat pembelajaran yang akan digunakan. Perangkat pembelajaran dimaksud di
antaranya adalah silabus, rencana pembelajaran, lembar kegiatan siswa (LKS),
buku siswa, dan buku guru. Perlu juga disiapkan instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengambil data untuk kepentingan penelitian atau sebagai dasar
untuk melakukan refleksi. Instrumen penelitian tersebut di antaranya adalah
lembar observasi kegiatan pembelajaran, angket tanggapan siswa, dan tes hasil
belajar jika dianggap perlu.
Perangkat pembelajaran
dan instrument penelitian tersebut disusun bersama-sama oleh anggota kelompok.
Pembagian tugas perlu dilakukan demi efisiensi. Perangkat pendukung lainnya
yang perlu disiapkan, jika memungkinkan, adalah kamera video yang digunakan
untuk mendokumentasikan pelaksanaan pembelajaran. Pendokumentasian lebih
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan refleksi, selain dapat juga untuk
menyebarluaskan hasil lesson study.
Rencana pembelajaran
perlu disusun secermat dan sejelas mungkin agar mempermudah guru model yang
akan mengimplementasikannya. Dalam hal ini rencana pembelajaran (RP) diartikan
sebagai rencana kegiatan guru yang berisi skenario pembelajaran tahap demi
tahap mengenai hal-hal yang akan dilakukakan guru bersama siswa terkait topik
atau pokok bahasan yang akan dipelajari demi mencapai kompetensi standar yang
telah ditentukan. Rencana pembelajaran tidak diartikan sebagai laporan yang
harus disusun dan dilaporkan kepada kepala sekolah atau pihak lain, melainkan
sebagai rencana “individual” guru yang memuat langkah-langkah pembelajaran yang
akan dilaksanakan di kelas. Karena lebih bersifat individual, maka tidak ada
format rencana pembelajaran yang baku. Rencana pembelajaran dapat difungsikan
sebagai pengingat bagi guru mengenai hal-hal yang harus dipersiapkan, mengenai
media apa yang akan digunakan, strategi pembelajaran yang dipilih, system penilaian
yang akan ditentukan, dan hal-hal teknis lainnya. Setelah semua perangkat
pembelajaran, instrumen penelitian, dan perangkat pendukung lainnya disiapkan,
selanjutnya memilih salah satu guru yang akan dijadikan guru model, yang akan
mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun. Selain itu, perlu
juga dipilih kelas yang akan dijadikan tempat mengimplementasikan. Perlu
dicatat bahwa kelas yang dipilih tidak harus sama dengan\ kelas yang biasanya
diajar oleh guru model.
2.
Tahap Pelaksanaan
Berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun guru, model melaksanakan pembelajaran di kelas yang
telah ditentukan, sementara anggota lain bertindak sebagai observer, yang
mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen penelitian yang
telah dikembangkan. Dengan demikian, bersamaan dengan dilaksanakannya proses
pembelajaran, dilakukan pengambilan data yang diperlukan unutk kepentingan
refleksi. Hal –hal yang perlu mendapat focus perhatian ketika mengobservasi,
menurut Djamilah (2006), di antaranya adalah ketepatan prediksi waktu,
pengelolaan kelas, keterlaksanaan silabus, aktivitas siswa, dan ketercapaian
tujuan untuk setiap tahap kegiatan pembelajaran.
Dimungkinkan, guru mengubah strategi pembelajaran sesuai tuntutan
keadaan. Reaksi atau respon siswa yang tak terduga, seperti diskusi yang tidak
bisa berjalan dengan baik, tidak satupun soal yang disiapkan dapat dikerjakan
siswa, atau tidak ada siswa yang bersedia menjelaskan jawabannya di depan kelas
perlu diantisipasi dengan cepat oleh guru model. Perlu dicatat bahwa selain
guru model, tidak diperbolehkan mengintervensi proses pembelajaran. Di kelas,
hanya terdapat satu komando, yaitu guru model.
3.
Kegiatan Refleksi
Segera setelah selesai
pembelajaran, dilakukan postclass discussion atau kegiatan refleksi.
Refleksi diikuti oleh semua anggota kelompok yang mengkaji hasil pengamatan setiap
guru dan hasil rekaman proses pembelajaran. Kegiatan Menurut Djamilah (2006),
dengan pemahaman bahwa lesson study adalah forum untuk saling belajar
dalam upaya mengembangkan kompetensi masing-masing anggota tim, maka semangat
dalam tahap refleksi ini adalah secara bersama-sama menemukan solusi untuk
masalah yang muncul agar pembelajaran berikutnya dapat dipersiapkan dan
dilaksanakan dengan lebih baik.
Dengan demikian, perlu
dipahami bahwa kegiatan refleksi bukan dimaksudkan untuk menilai kemampuan mengajar
guru model. Meskipun semangat yang terkandung di dalam lesson study adalah
saling belajar, namun mengingat budaya kita yang belum terbiasa dan tidak mudah
untuk menerima kritik secara langsung, maka disarankan fokus evaluasi adalah
pada bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh
karena itu, guru lain sebagai observer/pengamat diharuskan mendengarkan,
mengamati, dan mencatat setiap respon siswa dengan rinci dan teliti.
Diharapkan, guru model
dapat menarik kesimpulan atas pembelajaran yang ia laksanakan, berdasarkan
hasil evaluasi terhadap respon siswa dari hasil pengamatan guru lain dan dari
hasil rekaman video. Dengan memperhatikan bagaimana siswa belajar, diharapkan
guru yang bersangkutan menemukan kekurangan dan kelebihannya dalam mengajar.
E.Kelebihan Metode Lesson Study
Kelebihan dari metode ini adalah, :
a.Peran guru yang dapat berubah-ubah: siapapun dapat
berperan sebagai guru pengajar dalam satu waktu dan menjadi guru pengamat di
lain waktu. Pergantian peran ini menciptakan rasa saling mengerti serta
mendukung di antara guru dan secara efektif meningkatkan mutu proses
belajar-mengajar.
b.Metode ini dapat diterapkan di setiap bidang, mulai
dari seni, bahasa, sampai matematika dan olahraga pada setiap tingkat kelas.
c.Dapat dilaksanakan antar / lintas kelas
F.Bagaimana Mengatasi Kendala
Implementasi Lesson Study
Berbagai kendala yang
mungkin dihadapi ketika mengimplementasikan lessonstudy di antaranya
adalah
1.Adanya persepsi yang keliru tentang lesson
study,
2.Penyusunan
jadwal,
3.Pendanaan,
4.Setting
kelas,
5.Dan
pendokumentasian.
Untukmenghindari adanya kesalahan persepsi tentang lesson study, pada
tahap perencanaanperlu diadakan penyamaan persepsi antaranggota
kelompok bahwa lesson study lebihdimaksudkan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, dan bukan untuk menilaiguru.
Menyusun jadwal, baik
untuk pertemuan koordinasi persiapan pelaksanaan, pelaksanaan lesson study itu
sendiri, maupun untuk melaksanakan refleksi dan menyusun temuan, yang
melibatkan 4 – 6 guru, tidaklah mudah. Itulah sebabnya pelibatan kepala sekolah
sejak awal perencanaan lesson study sangat penting, tidak hanya untuk
mendapatkan kemudahan dalam pengaturan jadwal, tetapi juga diharapkan kepala
sekolah memberikan dukungannya dalam bentuk pendanaan untuk pelaksanaan setiap
kegiatan dalam lesson study. Kesepakatan tentang jadwal, pendanaan, dan
“aturan main” dari awal akan menghindari masalah yang tidak diinginkan.
Kesimpulan
Lesson study merupakan alternatif
pembinaan profesi guru melalui aktivitasaktivitas kolaboratif dan
berkelanjutan. Prinsip kolaborasi akan memfasilitasi para guru untuk membangun
komunitas belajar yang efektif dan efesien, sedangkan prinsip berkelanjutan
akan memberi peluang bagi guru untuk menjadi masyarakat belajar sepanjang
hayat. Dua hal ini sangat penting bagi guru dalam menjalankan perannya sebagai
sosok panutan dan yang dipercaya oleh siswa di sekolah.
Implementasi lesson
study secara berkelanjutan akan membantu guru mempercepat peningkatan
profesionalismenya. Indikator-indikator peningkatan profesionalisme guru
melalui implementasi lesson study, adalah pengembangan rancangan dan
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang selalu menuntut dilakukannya inovasi
pembelajaran dan asesmen, siklus plan-do-see yang memungkinkan guru
untuk dapat mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif tentang belajar dan
pembelajaran, proses sharing pengalaman berbasis pengamatan pembelajaran
memberi peluang bagi guru untuk mengembangkan keterbukaan dan peningkatan
kompetensi sosialnya, dan proses-proses refleksi secara berkelanjutan adalah
suatu ajang bagi guru untuk meningkatkan kesadaran akan keterbatasan dirinya.
Lesson study dapat
diimplementasikan dalam pembelajaran melalui siklus plando-see dengan enam
tahapan, yaitu membentuk kelompok lesson study, menentukanfokus
kajian, merencanakan research lesson, pelaksanaan pembelajaran dan
observasiaktivitas pembelajaran, mendiskusikan dan menganalisis hasil
observasi, dan refleksidan penyempurnaan. Tahapan-tahapan kegiatan
lesson study tersebut dapat
memfasilitasi
peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa
DAFTAR
PUSTAKA
Bill Cerbin & Bryan Kopp. A
Brief Introduction to College Lesson Study.LessonStudyProject. online:
http ://www.uwlax.edu/sotl/lsp/index2.htm
Catherine Lewis (2004) Does
Lesson Study Have a Future in the United States?. Online:
http://www.sowi-online.de/journal/2004-1/lesson_lewis.htm